RSS

Rintihan Seorang Anak


Ibu ,lihatlah anakmu ini...
Walau hanya segenggam darah aku hidup dalam rahimmu..
Sudah sebulanku bersamamu..
Malangnya ibu tidak menyadari kehadiranku
mungkin aku terlalu kecil..
Ibu masih bergerak bebas tanpa menjaga
kesehatanmu untukku..
Ibu tidak bahagiakah dengan kehadiranku?
Aku terasa terasing di sini..

Ibu...
Mengapa ibu? Ibu tidak sehatkah?
Mungkin kerana ibu baru merasai kehadiranku
Kasihan ibu...
Maafkan anakmu kerana menyusahkanmu...
Tidakkah ibu gembira dengan kehadiranku?
Allah telah menetapkan kita bersama...
Aku bahagia hidup disampingmu...

Ibu..
Makanan apakah yang engkau makan...?
Terasa sakit seluruh badanku..
Aku tak rela meninggalkanmu ibu...
Anakmu ini perlu perhatian darimu,ibu...



Ibu ..
Walau banyak rintangan yang aku arungi..
Anakmu ini tidak pernah bercerai dari jasadmu...
Kini ibu...
Lihatlah,aku sudah cukup sifatnya...
Aku ada tangan, kaki ,telinga dan segala-galanya
sama sepertimu ibu...
Ibu lihatlah...
Alis mataku sudah terbentuk cantik sepertimu...
Ibu..tidak sabarku menanti kelahiranku..
Ingin sekaliku lihat wajahmu...

Ibu..
Tangan dan kakiku mula menendang...
Terasa sakitkah ibu..?
Ibu mengapa kau tidak mengusapku...
Ingin sekali anakmu ini rasai belaian darimu...

Ibu...
Sekian lamaku berada dikandunganmu...
Tidak pernah sekaliku lihat wajah ayah...
Tidak sudikah ayah melihatku?
Mengapa kau menangis ibuku...
Setiap masa,setiap saat,setiap waktu hanya
tangisanmu jadi dendangan hidupku...
Ibu,siapakah orang tua itu?
Mengapa kau selalu dimarahi...?

Ibu..
Tujuh bulan masa berlalu...
Anakmu ini sudah bisa menghisap jari...
Apa yang ibu makan akan jadi makananmu...
Indahnya hidup ini ibu..
Kerana kita bisa berkongsi makanan..
Adakah kita masih boleh berkongsi makanan
ketika di dunia nanti,ibu?
Aku pasti menunggu saat itu...

Ibu...
Saatnya hampir tiba ibu...
Bahagianya hatiku ingin melihat duniamu...
Inginku dengari cerita darimu..
Inginku rasai belai cintamu...
Tidak sabarku menunggu waktu itu..
Alangkah bersinarnya hidupku nanti..

Ibu..
Aku sudah dilahirkan...
Ibu...Ibu....
Di manakah ibu menghilang...?
Ibu..sejuknya tempat ini ibu...
Inikah duniamu ibu....
Ibu,mengapa kau meninggalkanku ibu...?
Anakmu kedinginan..anakmu ketakutan ibu...
Ibu, nafasku semakin sesak ibu...
Ibu ,di manakah kau meletak diriku ibu...?
Ibu,mungkin ibu benci dengan kehadiranku di dunia..
Baru aku mengerti ibu..
Mengapa aku tidak pernah melihat wajah ayah..
Mengapa kau susah payah ingin aku gugur dari rahimmu..
Kerana aku bukan anak yang kau dambakan..
Maafkanlah diriku ibu...
Ibu,mungkin kita tidak tercipta untuk bersama
menyusuri ranjau di dunia ini..
tetapi ibu.....
aku tetap anakmu jua walaupun kau membuang
aku ke hujung dunia sekalipun...


Ibu suatu hari nanti pasti tuhan temukan kita...
Tetapi ibu..
Aku tidak pasti anakmu ini dapat selamatkanmu ibu...
Ku doa agar suatu waktu nanti kau lebih mengerti erti hidup ini..
Kerana Allah menyukai hamba-Nya yang bertaubat..
Janganlah kau berpaling dari nikmat-Nya..
Selamat tinggal,ibu....

Delapan Kebohongan Ibu

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya darikebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas daripenderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak,aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA


Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekiat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping saya
dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA


Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata
:"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang
dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata: "Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT


Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah
kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA


Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim
balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM


Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian
memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang
ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "angan menangis anakku,Aku tidak kesakitan" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.


Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa
tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! " Coba
dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah
bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan
kembali lagi.. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.
oleh : Dr Sudarmono

GlitterFly.com - Customize and Share your images